Seharusnya saya nulis ini waktu Hari Ibu bulan Desember kemarin yah…
Yah tapikan, sayangku sama mamaku tiap hari juga bisa diungkapkan… π
Kemarin sore, saya melihat sebuah acara di televisi swasta, judulnya “andai aku menjadi….”
Saat itu saya menonton dengan mama..
Yang diceritakan di televisi adalah seorang bapak 58 tahun yang bekerja membanting tulang untuk keluarganya.
Membuat dan menjual besek dari bambu, memelihara 3 ekor kambing yang ternyata hanya merupakan titipan kerabat, dan yang paling parah adalah menjadi tukang angkut pasir dan pemecah batu.
Dimana disitu dia mengambil pasir dari sungai dan mengangkutnya dengan pikulan ke rumah pembeli…untuk 1 kibik pasir dia harus bolak balik kurang lebih 16 kali (16 pikulan). Dimana jalan yang ditempuh adalah menanjak dan curam dan rumah pembeli lumayan jauh..hebat!!!
Lalu saya terlibat pembicaraan masalah itu dengan mama. Lalu mama bercerita bahwa keadaan didaerah (Nias,kampung halaman saya), terutama di kampung-kampung memang seperti itu. Mereka banting tulang setengah mati demi keluarga, dan mau ga mau hal itu memang harus dilakukan. Menjadi pengangkut pasir, tukang pecah batu, dll dll. Kita disini memang juga membanting tulang, tapi kita naik turun mobil/bus ber-ac, diruangan ber-ac dan dengan penghasilan yang (mungkin) layak…
Mama lalu bercerita dulu waktu pekerjaan papa saya tiba-tiba jatuh…
Kami masih kecil-kecil…dan mamaku berjalan mondar-mandir mencari pekerjaan.. papaku memang tetap bekerja tapi penghasilannya benar-benar drop, tidak akan kuat membiayai papa, mama dan kami anak-anaknya (waktu itu kami anak-anak masih masih ber-3).
Papa itu sebenarnya paling tidak suka kalau istrinya tercinta bekerja, so mama pun bekerja diam-diam…setelah papa berangkat bekerja, mama memnyiapkan kami. Memandikan, memberi makan, mendandani pokoknya kami beres…lalu mama menitipkan kami kesalah seorang rumah kerabat yang kebetulan berdekatan. Dan akan sangat berusaha pulang sebelum matahari tenggelam, sebelum papa pulang dan masih sempat mengajari saya pelajaran sekolah (waktu itu saya masih TK, dan 2 adik perempuan saya belum bersekolah).
Kemampuan yang mama miliki hanya menjahit…walaupun dulu mama sempat menjadi guru…
Mamaku akhirnya diterima bekerja disalah satu tempat menjahit, dengan gaji yang saya ga tau berapa.
Yang pasti ketika baru beberapa hari bekerja mama dengan inisiatif ingin membelikan kami anak-anaknya something…(kata mama soalnya sudah lama sekali sejak pekerjaan papa drop, kami ga di entertain π ) .
So, mamaku coba mengambil gaji..dan betapa sakit hatinya mama (sakit hati namun mencoba tetap bersyukur) dengan gaji yang diterimanya, Rp. 4000!!!
Padahal jahitan mama rapih dan sudah cukup banyak pakaian yang dijahitnya (sistem cepat, soalnya konveksi).
So, mamaku saat itu memutuskan untuk berhenti…dan ga lama seorang teman memperkenalkan mama dengan seseorang, yang akhirnya mama beserta om ku (yang juga jago menjahit) bisa mengerjakan konveksi sendiri. Lalu akhirnya mama menjahit secara exclusive (setelah sekian lama) khusus hanya untuk orang-orang tertentu dan langganan saja… dan lambat laun Puji Tuhan, pekerjaan papa dan keuangan keluarga mulai membaik walaupun tidak sebaik dulu…
Sampai saat ini, ketika mamaku berhenti menjahit, karena kendala penglihatan dan usia, masih saja ada orang yang tetap memaksa untuk dijahitkan bajunya, tapi mamaku menolak dengan terpaksa…
Mamaku memang hebat sekali…
Berjuang untuk anak dan keluarga…
Padahal aku yang bekerja di ruang ber AC, naik turun kendaraan AC, sering sekali mengeluh dengan pekerjaan..
Tapi mamaku??? Duh mama…tau ga sih… kk tuh sayang banget sama mama…
Luv U, Mom..